Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang biasa kita sebut UMKM merupakan tonggak penegak ekonomi bangsa melaui produk-produk yang inovatif. Pasarnya pun tidak hanya lokal, namun mampu menembus batas-batas wilayah, baik nasional maupun dunia. Perkembangan tehnologi memberikan dampak yang cukup besar terhadap pertumbuhan UMKM.
Awalnya, jika kita ingin menjual produk kita, maka kita harus ke pasar untuk bertemu calon pembeli. Atau sebaliknya, kita ingin membeli sebuah produk, maka kita harus keluar rumah menuju tempat dimana produk itu bisa kita dapatkan. Kita harus ke pasar, atau pun toko untuk bisa membeli produk yang kita butuhkan dan inginkan. Bisa kita bayangkan butuh waktu berapa lama dan menghabiskan energy berapa besar agar kebutuhan dan keinginan kita bisa terpenuhi.
Itu dulu, beda dengan sekarang, era yang
serba digital, dimana kebutuhan dan keinginan bisa kita penuhi tanpa harus keluar
rumah. Bahkan sambil tiduran pun kita bisa memesan apa yang kita mau hanya
dengan menyentuh layar HP ataupun computer kita masing-masing. Kehadiran
telepon bisa menghubungkan penjual dan pembeli untuk bertemu di sebuah tempat
tanpa harus di pasar.
Setelah itu hadirlah smartphone (telepon genggam pintar) yang dilengkapi dengan fitur-fitur canggih yang semakin memudahkan pembeli agar tidak harus menghabiskan banyak pulsa untuk menelpon penjual ataupun pembeli. Cukup dengan mengetik pesan melalui media social (social chat media), keduanya bisa melakukan transaksi tanpa harus bertatap muka langsung.
Kini, dengan smartphone penjual dan pembeli
tidak harus bertemu untuk melihat barang dagangan yang ditawarkan. Cukup dengan
meng-upload gambar produk dengan kualitas yang bagus, maka antara penjual dan
pembeli dari manapun bisa melakukan transaksinya. Tidak harus dengan bayar
tunai, cukup dengan transfer antar bank, jual beli pun terjadi. Pola belanja
masyarakat pun berubah dari offline ke
online.
Perubahan perilaku belanja ini kemudian
menjadi peluang besar bagi pelaku usaha untuk menciptakan market yang lebih
luas. Bahkan Indonesia menjadi pasar terbesar perdagangan elektronik
(e-commerce) di Asean. Ini dibuktikan oleh data yang di-publish oleh Bareksa
bahwa angka penjualan e-commerce untuk tahun 2017 mencapai 90 triliun rupiah. Dampaknya,
pertumbuhan marketplace atau toko online (onlineshop) terus meningkat.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh UMKM? Hanya ada dua pilihan, yakni ikut bermain atau menjadi penonton. Ikut bermain berarti UMKM harus masuk kedalamnya dan mengambil peran dalam era digital marketing ini, menjual secara online melalui media social, marketplace ataupun web sendiri. Dan jika itu menjadi pilihan lakukanlah dari sekarang dan nikmati hasilnya.
Namun
jika pilihan jatuh sebagai penonton, itu artinya tidak melakukan apa-apa
kecuali menjual dengan cara konvensional atau offline, sambil menonton grafik transaksi
jual beli online yang semakin naik. Mempertahankan cara lama di era yang serba
digital ini sama halnya menciptakan kemacetan penjualan secara perlahan. Karena
dengan menjual secara offline, UMKM hanya menunggu konsumen untuk datang
berbelanja. Sedangkan tren belanja online lahir karena rasa malas dan kesibukan
yang mendorong transaksi jual beli dilakukan dari rumah. Memilih menjadi
penonton artinya menyebabkan usaha perlahan-lahan akan mati. Silahkan
memutuskan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.... Silahkan memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan... ,, ^_^