Pemilihan kepala daerah atau Pilkada tidak lagi menghitung hari, tetapi tinggal menunggu jam saja. Besok
pagi mulai jam 07:00 WITA, masyarakat
mulai mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Berbagai macam aura penyambutan mulai terasa. Ada yang menyambut dengan
senang hati karena mendapat kesempatan untuk menggunakan hak pilihnya. Ada juga
yang sudah tidak sabar ingin segera memilih dan memberikan suaranya kepada
pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pilihannya.
Dilain pihak, ada juga yang was-was campur khawatir. Siapa mereka?
Pertama, mereka adalah pendukung fanatic masing-masing calon. Mereka menghawatirkan
apakah calon yang mereka dukung penuh akan keluar sebagai pemenang atau tidak? Bahkan
tanpa sadar kalau masa kampanye sudah usai, mereka masih saja sibuk merekomendasikan
calon unggulannya kepada teman, keluarga dan tetangga.
Yang kedua, adalah tim sukses dari masing-masing calon. Rasa
as-was yang menghinggapi mereka tidak lebih karena mereka ingin segera
menikmati hasil kerja keras mereka selama mengusung calon yang mereka jagokan. Apalagi
jika mengkalkulasi besarnya dana kampanye yang dihabiskan, maka optimisme menang
harus diletakkan setinggi-tingginya.
Yang ketiga, tentunya adalah mereka yang konsentrasinya hanya
focus pada bagaimana agar perhelatan lima tahunan ini benar-benar memberikan
hasil sesuai yang mereka harapkan, dan tidak ada sedikitpun yang menciderai
kegiatan ini. Mereka adalah para calon, yang pada pemilu kali ini berjumlah
tiga pasang. Masing-masing pasangan pastinya tidak ingin pelaksanaan pemilu
kali ini diciderai dengan kecurangan.
Kecurangan dalam pemilu adalah hal sering menjadi topic pembicaraan.
Apalagi disaat-saat menjelang waktu pemungutan suara seperti sekarang ini. Masing-masing
tim dari pasangan kandidat akan melakukan upaya dan strategi jitu untuk menghindari kecurangan. Siapa pun orangnya, semua pasti tidak ingin
dicurangi.
Apa itu Serangan Fajar?
Serangan Fajar merupakan istilah yang dulu dikenal saat perebutan
kemerdekaan atau saat terjadi Pemberontakan G 30 S PKI. Tetapi istilah itu
sekarang digunakan saat musim pemilu tiba. Serangan Fajar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh tim pendukung salah satu
pasangan kandidat yang ikut pemilu dengan membagi-bagikan uang kepada masyarakat
yang mempunyai hak pilih. Waktu yang digunakan untuk kegiatan ini sesuai namanya
yaitu antara pukul 01:00 dinihari hingga jam 06:00 pagi. Bahkan ada yang masih
menjalankan aksinya satu jam sebelum ke TPS. Dilakukannya di waktu fajar tujuannya agar
tidak terlihat oleh Panintia Pengawas Pemilu (Panwaslu) dan tidak juga oleh tim sukses dari calon lain.
Serangan Fajar merupakan salah satu bentuk dari suap politik. Orang yang
melakukannya berharap agar masyarakat yang menerima uang yang mereka bagikan
mau memilih kandidat yang mereka usung. Cara ini dianggap cukup jitu karena yang
menjadi targetnya adalah masyarakat yang taraf ekonominya berada digaris bawah.
Mereka dengan mudah dibeli suaranya karena keadaan mereka yang kekurangan uang
akan dengan mudah menerima tawaran untuk memilih calon sesuai dengan permintaan
yang melakukan aksi Serangan Fajar.
Lalu seberapa efektifkah Serangan Fajar bisa menaikkan
persentasi suara dalam pemilu? Saat ini kita tidak bisa memastikan
efektifitasnya karena rakyat sekarang makin melek politik. Sehingga tidak
jarang mereka menerima uang dari Serangan Fajar tapi tetap pada pendiriannya
untuk memilih calon lain. Istilahnya “ambil uangnya, jangan pilih calonnya”.
Wah, kedengarannya seperti penghianatan. Tetapi mereka pun beralasan bahwa
selama ini penderitaan mereka juga tidak sedikit disebabkan oleh penghianatan
pemimpin dan (yang mengaku) wakil rakyat di parlemen. Spertinya impas ya. J
Apa itu Jekkong?
Terminology Jekkong
muncul dan mulai dimasyarakatkan pada saat Pilgub tahun 2008. Salah satu
pasangan calon waktu itu mengaku jika mereka di-jekkong-i (dicurangi). Jadi Jekkong bermakna curang. Curang dalam
hal penggelembungan suara, curang dalam penggelembungan DPT, pembelian suara, dan
macam-macam bentuk kecurangan lainnya terkait pemilihan umum dan pemungutan
suara.
Bagaimana menghindari Jekkong? Beberapa strategi yang
ditempuh oleh masing-masing tim sukses adalah dengan melakukan pengawalan ketat
selama proses pemilu berjalan, mulai dari pemungutan suara, penghitungan,
hingga mobilisasi suara ke Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
Masing-masing tim menempatkan dua orang saksinya di setiap
TPS. Bahkan ada yang menggunakan saksi berlapis. Ada juga yang menggunakan tim
intelijen khusus untuk mengamati dan mengawasi kegiatan pemilihan agar tidak
dicederai dengan berbagai macam bentuk kecurangan (jekkong).
Bagai dua sisi mata uang, Serangan Fajar dan Jekkong merupakan istilah
yang bermakna negative dalam kegiatan pemilihan umum. Tentunya kita semua
berharap agar pemilihan gubernur (pilgub) yang tinggal beberapa jam lagi ini
dapat berjalan dengan lancar dan damai. Kita semua tidak mengharapkan kedua
istilah ini mencederai perhelatan lima tahunan yang esok akan dilaksanakan.
Mari saling menghargai dan menerima apapun hasilnya. Jika yang
terpilih adalah bukan pilihan anda, terima dengan lapang dada. Jika yang menang
adalah calon pilihan anda, tak perlu busung dada. Kita lihat saja hasilnya lima
tahun kedepan. Dan bagi yang tidak memilih, selamat nah!! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.... Silahkan memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan... ,, ^_^