Sabtu, 30 Juni 2012

GANTUNG KORUPTOR! (Seri Muhasabah)

Terlalu sadis kedengarannya judul di atas. Tapi, sadis mana antara judul di atas dan dampak dari korupsi? Ya, itulah ekspresi sebagian masyarakat yang sudah terlanjur muak dengan korupsi di negeri ini. Mereka sudah bosan disuguhi berita yang setiap hari isinya hanya korupsi dan korupsi. Apa sudah tidak ada lagi berita lain yang bisa menjadi inspirasi bagi rakyat untuk ditayangkan selain korupsi?

Korupsi, semua kita sudah bersepakat bahwa korupsi adalah perbuatan melawan hukum dimana seseorang mengambil sesuatu yang bukan haknya (hak orang lain) dengan jalan memaksa untuk kepentingan dirinya sendiri.

Dalam kehidupan bernegara, sudah sangat banyak kasus korupsi yang terang-terangan dilakukan oleh pejabat negara dan mereka yang mengaku sebagai wakil rakyat (rakyat yang mana?). Dari semua kasus itu, hampir tidak ada kasus yang hanya merugikan Negara dalam hitungan juta, akan tetapi ratusa juta, milyaran, hingga triliunan rupiah.

Apa karena Negara ini terlalu kaya sehingga menggiurkan mereka untuk melakukan korupsi, atau karena kurangnya pengawasan? Yang pasti, mereka para koruptor bisa dikatakan telah rusak moralnya, rusak nuraninya, mati hatinya, karena merampok kekayaan Negara yang notabene adalah hak rakyat, sehingga menyebabkan sebagian rakyat tidak menikmati apapun, sedikitpun dari Negara ini.

Kemiskinan yang tampak didepan mata, sama sekali tidak menggerakkan hati mereka untuk mengemban amanah yang ditipkan kepada mereka dengan baik. Mereka mungkin lupa, jika jabatan mereka akan dimintai pertanggungjawabannya kelak? Mungkin mereka berfikir pertanggungjawaban itu hanya di dunia ini saja?

Parahnya lagi, Perjalanan Haji yang dipastikan manusia semua dalam keadaan memenuhi panggilan Allah, bahkan kitab suci, yang di dalamnya berisi firman Allah, terdapat nama-nama Allah, masih juga menjadi ladang korupsi mereka. Seberapa silaunyakah mereka terhadap harta sehingga Allah pun sudah tidak ditakutinya? Na’udzubillah!!

Para koruptor itu sepertinya lupa, bahwa menafkahi keluarga mereka dengan hasil korupsi itu sama saja artinya memberi makan keluarga mereka dengan bara api neraka. Teganya! Masih sayangkah mereka dengan keluarganya jika demikian? Jangan heran kalau kemudian keturunan mereka menjadi koruptor bahkan lebih parah lagi perilakunya. Jika saat masih di dalam rahim saja sudah disuguhi dengan makanan yang tidak halal, maka jangan harap akan menjadi keturunan yang sholeh.

Wahai saudaraku yang dalam kesulitan, penderitaan kalian tidak semata-mata karena kesalahan kalian, akan tetapi kesalahan para pengemban amanah yang melalaikan tanggung jawabnya. Kalian yang seharusnya diurus oleh Negara, malah diabaikan dan dizhalimi hak-haknya oleh mereka yang mengaku wakil kalian.

Negara ini sudah sangat rusak, karena pemimpinnya tidak menerapkan hukum Allah. Pemimpin terkesan ikut memainkan peran dalam drama penyelewengan kekuasaan. Mereka lupa, bahwa hukum Allah wajib ditegakkan dalam setiap sendi kehidupan. Mereka lebih patuh kepada aturan manusia dari pada aturan Allah. Mereka lebih tunduk pada perintah kaum kuffar dari pada perintah Allah. Mereka bersekutu dengan musuh Allah dalam mengurus Negara ini.

Cukuplah bencana menjadi peringatan bagi kita semua, terutama bagi pemimpin bangsa ini untuk segera kembali kepada hukum Allah. Masihkah menunggu bencana yang lebih besar lagi? Saudaraku, kita semua sudah sangat tertindas, teruslah berdo’a untuk tegaknya hukum Allah, karena do’a orang yang terzhalimi akan diijabah dengan mudah. Wallahu’alam bishshowwaab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.... Silahkan memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan... ,, ^_^