Rabu, 21 Maret 2012

Fenomena 10.000 / 4 Kilo

Saat ini kita sedang dianugerahi oleh Allah nikmat yang luar biasa, yaitu dengan diberiNYA kita musim buah-buahan. Ya, musim dimana hampir semua jenis buah-buahan dapat kita jumpai, kita beli, dan kita nikmati kelezatannya. Buah yang yang biasanya sulit ditemukan pada bulan-bulan lainnya, kali ini kita dapat menikmatinya. Contohnya adalah, Durian dan Langsat.
Hampir  disetiap ruas jalan, sepanjang jalan kita menyaksikan para penjual Durian dan Langsat yang menjajakan jualan mereka dengan menggunakan mobil pick up dan truk bahkan khusus penjual Durian ada yang mengguanakan sepeda. Subhanallah!

Ramainya penjual buah menggelitik saya untuk menulis sesuatu yang selama ini saya amati terkesan membodohi dan menipu pembeli melalui harga yang mereka tawarkan. Saya merasa tidak nyaman dengan cara yang dilakukan oleh sebagian penjual buah untuk menggaet pembeli. Hal itu karena saya merupakan salah satu korban dari ratusan korban yang pernah berstatus sebagai pembeli.

Melihat judul di atas, saya yakin pembaca sudah bisa menebak penjual buah apa yang dimaksud. Saya pun yakin, banyak diantara pembaca yang punya pengalaman dan perasaan sama seperti yang saya alami. Ya, penjual Langsat yang banyak berjejeran dibeberapa ruas jalan ini pada umumnya menggunakan bahasa yang sama dalam menginformasikan harga jualannya.

10.000/4 kilo, demikian yang tertulis pada papan kecil dengan tulisan warna mencolok agar mudah dibaca oleh setiap orang yang lewat. Ketika anda kemudian membelinya, apakah anda semua yakin jika Langsat tersebut benar-benar 4 kilogram beratnya? Pada saat itu, jarum timbangan menunjuk ke angka 4. Tapi siapa sangka, begitu tiba dirumah Langsat kemudian berubah beratnya hanya menjadi 2 kilogram. Innalillaah! 

Tidak percaya? Kasus serupa pernah pula dialami oleh salah seorang teman. Setibanya di rumah, dia kemudian menimbang kembali Langsat yang baru saja dibelinya. Tapi betapa terkejutnya ketika melihat jarum timbangan menunjuk ke angka 2. Itu artinya bahwa Langsat yang menurut penjualnya adalah 4 kilogram, ternyata berat sebenarnya adalah 2 kilogram. Andapun bisa melakukan hal yang sama. Silahkan beli, kemudian tiba dirumah timbang kembali sebelum Langsatnya dimakan. Dijamin akan terbukti demikian. Koq bisa?
Bisa, karena penjual telah menyetel timbangannya agar mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualannya. Inilah yang dinamakan mencari keuntungan dengan merugikan orang lain.

Etika Berbisnis
Rasulullah SAW adalah seorang pebisnis (pedagang) yang ulung. Beliau telah memberikan tauladan yang luar biasa dalam kegiatan berdagangnya. Beliau sangat menekankan betapa pentingnya kejujuran (Shiddiq) dan Amanah (tidak mengurangi atau melebihkan) yang harus dimiliki oleh seorang pebisnis. 

Contoh kasus diatas adalah sebuah perilaku yang melanggar etika bisnis dengan mengabaikan kejujuran di dalamnya. Sebuah bentuk kecurangan dan penipuan dengan mengurangi takaran atau timbangan dari barang yang perdagangkan. Padahal dalam Al Qur’an Allah SWT menegaskan:

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan; Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; (Asy-Syu'ara: 181-183)

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al-Muthaffifin : 1-6)

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu
selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan
Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan
(kiamat)." (Huud: 84)

Rasulullah SAW pun telah menyatakan melalui sabdanya:
Tidak termasuk umat Nabi Muhammad seorang penjual yang melakukan penipuan dan tidak  halal rezki yang ia peroleh dari hasil penipuan. Bukanlah termasuk umatku, orang yang melakukan penipuan. (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud melalui Abu Hurairah

Bisnis Yang Berkah
Sebagai seorang muslim, pekerjaan atau profesi tidak sekedar untuk mendapatkan keuntungan (materi) demi memenuhi kewajiban mencari nafkah. Tetapi kemuliaan Islam telah mengajarkan kita untuk menjadikan segala tindakan dan upaya kerja kita hendaknya bersandar dan berlandaskan Al Quran dan Hadits sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabat. Hal tersebut agar apa yang kita lakukan dapat bernilai ibadah dan mendapat berkah dari Allah SWT.

Demikian halnya dalam berbisnis, tujuan utama kita adalah bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan, namun lebih dari itu, bisnis yang kita jalankan hendaknya menjadi media dakwah dan sarana ibadah agar hasilnya menjadi berkah. Karena sesuatu yang tidak diberkahi akan menjadi sia-sia. Wallahu’alam bis showwab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.... Silahkan memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan... ,, ^_^