Jumat, 15 April 2011

Virus Entrepreneurship



Kewirausahaan dewasa ini menjamur bak virus yang merajalela menggerogoti hampir semua sendi dari ‘tubuh’ Negara yang memang kondisinya sedang berada dalam sakit yang berkepanjangan, kronis, dan di puncak klimaksnya menghadapi persoalan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan. Bahkan presiden pun menurunkan titahnya untuk mengembangkan kewirausahaan dengan mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional, sekaligus memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah yang berhasil mengembangkan kewirausahaan di daerahnya.. Secara tidak langsung, keadaan ini menunjukkan bahwa kewirausahaan telah disadari sebagai sebuah opsi terhadap solusi atas semua persoalan-persoalan tersebut.

Meski sebelumnya kewirausahaan secara intensive dikembangkan oleh beberapa BUMN lewat CSR-nya, Sekolah Tinggi lewat jurusan Ekonominya, BDS, Lembaga Non Kepemerintahan, hingga Kementrian berikut departemen-departemen yang ada di bawahnya, namun sekarang kewirausahaan lebih ramai dibicarakan, dibahas, dan dikupas tuntas tidak hanya secara formal melalui lembaga-lembaga tersebut, namun juga secara nonformal dan informal melalui forum-forum diskusi. Bahkan pada beberapa sekolah tinggi ataupun universitas yang tidak memiliki jurusan ekonomi sekalipun, telah memasukkan Kewirausahaan ke dalam kurikulum dan menjadikannya sebagai sebuah mata kuliah wajib yang nilainya sangat menentukan kelulusan mahasiswa mereka. Hampir setiap hari kita mendengar agenda seminar, pelatihan dan semacamnya yang membahas Kewirausahaan diadakan. Dimana-mana orang bicara kewirausahaan, tidak hanya di kampus-kampus, namun juga di sekolah-sekolah menengah juga telah diperkenalkan kepada para siswa, bahkan di warung-warung kopi para pelaku dan pendamping UMKM terkadang ngopi sambil membahas kewirausahaan. Tidak berlebihan memang, karena Negara kita membutuhkan setidaknya 2,5 % penduduknya menjadi entrepreneur untuk mengokohkan perekonomiannya, dan baru sekitar 0,85 % yang terpenuhi saat ini. Peluang masih sangat besar dan dibutuhkan kerja keras untuk mencapai itu. Upaya-upaya diatas adalah bentuk penyadaran kepada masyarakat bahwa menjadi entrepreneur tidak hanya menguntungkan mereka secara pribadi, namun juga dapat menyelesaikan persoalan ekonomi bangsa yang saat ini makin serius dan makin parah.
Tidak hanya itu, organisasi kemasyarakatan, LSM, bahkan partai politik pun seakan tak ingin ketinggalan ikut mengembangkan kewirausahaan melalui bidang kerja khusus dalam struktur organisasi mereka. Mudah-mudahan ini bukan semata karena kelatahan kita merespon keadaan tanpa perencanaan dan program yang jelas, karena mengingat saat ini banyak anggaran yang disediakan pemerintah untuk mengatasai masalah ekonomi, kemiskinan  dan pengangguran melalui proyek yang digulirkan dalam kemasan label kewirausahaan. Maka tidak heran pula jika kemudian dana KUR dinaikkan dengan tujuan agar semakin banyak pelaku UMKM yang bisa mengakses modal usaha di bank-bank yang telah ditunjuk oleh   pemerintah melalui BI. Butuh waktu panjang memang untuk mencapai target 2.5%. Namun bukan berarti hal yang sulit jika semua pihak bekerja sama dalam mengembangkan kewirausahaan untuk sebuah solusi yang ingin dicapai. Sepertinya sudah saatnya semua pihak bekerjasama dalam mengembangkan program ini, dan bukan lagi sekedar sama-sama bekerja untuk sebuah hasil yang memenuhi keinginan dan target dari masing masing lembaga atau instansi, namun bergandengan tangan adalah sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan semua persoalan di atas. Kerjasama untuk bersama-sama mengatarkan bangsa yang kita cintai ini kepada keadaan yang lebih maju dan mandiri dalam menata kehidupan rakyatnya. Tidak ada kata terlambat, jika semuanya berkomitmen, sekaranglah saatnya untuk mewujudkan itu semua, bukan nanti, besok, lusa, bulan depan atau tahun depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.... Silahkan memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan... ,, ^_^